Pernikahan. Seharusnya menjadi momen bahagia yang ditunggu-tunggu banyak orang, tetapi mengapa banyak yang berpikir bahwa pernikahan itu menakutkan? Apakah benar, marriage is scary?
Fenomena ini membuat banyak orang, terutama generasi muda, berpikir dua kali sebelum mengikat janji sehidup semati.
Apakah ketakutan ini hanya sekadar ketakutan tanpa dasar, atau memang ada alasan kuat di baliknya?
Jadi, penasaran kenapa “marriage is scary” bisa begitu viral? Yuk, baca artikel ini sampai habis untuk memahami fenomena yang sedang menjadi pembicaraan hangat di media sosial.
Siapa tahu, bisa sedikit membantu menjawab pertanyaan besar seputar pernikahan dan mengapa itu dianggap menakutkan oleh banyak orang.
Apa Itu “Marriage is Scary”?
Ketika mendengar frasa “marriage is scary”, jangan langsung berpikir ini hanya soal takut komitmen atau drama rumah tangga. Frasa ini mencerminkan kekhawatiran mendalam yang dirasakan banyak orang terhadap institusi pernikahan itu sendiri.
Pernikahan itu menakutkan bukan cuma karena kemungkinan pernikahan gagal, tetapi juga karena tanggung jawab besar yang menyertainya.
Dalam budaya modern, pernikahan sering kali dipandang sebagai keputusan hidup yang penuh dengan ketidakpastian. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi lima, sepuluh, atau dua puluh tahun setelah menikah? Statistik menunjukkan bahwa tingkat perceraian semakin meningkat di berbagai belahan dunia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat perceraian di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 347.256 kasus, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang merasa bahwa merried atau menikah itu penuh dengan risiko.
Mengapa Pernikahan Dapat Menakutkan?
Pernikahan itu seperti kue lapis, bukan? Di luar terlihat manis dan sempurna, tapi di dalamnya penuh lapisan yang kadang tak terduga. Pernikahan itu menakutkan karena banyak alasan, beberapa di antaranya termasuk:
- Tanggung Jawab yang Besar
Menikah berarti bertanggung jawab atas kesejahteraan emosional, finansial, dan bahkan fisik pasangan. Menyadari bahwa keputusan besar seperti ini bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang lain, bisa membuat siapa saja merasa cemas. - Ketidakpastian Masa Depan
Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, dan pernikahan mengikat dua orang untuk menghadapi semua ketidakpastian ini bersama-sama. Dari masalah kesehatan, keuangan, hingga dinamika keluarga, segala sesuatunya bisa berubah dalam sekejap. - Tekanan Sosial dan Keluarga
Di beberapa budaya, menikah bukan hanya soal pasangan yang mencintai satu sama lain, tetapi juga soal memenuhi harapan sosial dan keluarga. Ini bisa membuat orang merasa terperangkap dalam harapan yang mungkin tidak selalu selaras dengan keinginan pribadi. - Perubahan Identitas dan Kehidupan Pribadi
Pernikahan sering kali membawa perubahan besar dalam kehidupan seseorang, mulai dari perubahan identitas (misalnya, nama belakang) hingga penyesuaian gaya hidup yang signifikan. Bagi sebagian orang, perubahan ini terasa menakutkan dan sulit untuk diterima.
Pandangan Sosial tentang “Marriage is Scary”
Apakah benar merried itu menakutkan atau hanya perspektif yang berkembang dari ketakutan akan komitmen? Di media sosial, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z, frasa “marriage is scary” sering kali dihubungkan dengan tekanan untuk memenuhi standar-standar sosial yang mungkin tidak relevan lagi dengan zaman sekarang.
Menurut psikolog klinis, ketakutan ini juga bisa muncul dari trauma masa lalu, seperti melihat perceraian orang tua atau pengalaman pribadi yang buruk dalam hubungan sebelumnya.
Dilansir dari Psychology Today, ada peningkatan signifikan dalam jumlah pasangan yang memilih untuk menunda pernikahan atau bahkan memutuskan untuk tidak menikah sama sekali karena berbagai alasan, termasuk ketidakpastian ekonomi dan ketidakpercayaan terhadap institusi pernikahan itu sendiri.
Apakah “Marriage is Scary” Berlaku untuk Semua Orang?
Tidak semua orang merasa pernikahan itu menakutkan. Bagi sebagian orang, pernikahan adalah langkah logis dalam hubungan yang serius, sementara bagi yang lain, pernikahan adalah hal yang tidak terlalu penting atau bahkan sesuatu yang harus dihindari.
Namun, ketakutan akan pernikahan ini tidak bisa diabaikan begitu saja, terutama di tengah perubahan sosial dan budaya yang terus berlangsung.
Marriage is scary bisa menjadi refleksi dari kecemasan yang lebih luas tentang perubahan, komitmen, dan tanggung jawab. Namun, penting untuk diingat bahwa pernikahan adalah pilihan pribadi.
Tidak ada yang salah dengan merasa takut akan pernikahan, tetapi mungkin perlu dipertimbangkan kembali apa yang sebenarnya menjadi sumber ketakutan tersebut.
BACA JUGA: Wedding Checklist Indonesia
Mengatasi Ketakutan Akan Menikah
Jika pernikahan itu menakutkan, bagaimana cara menghadapinya? Beberapa strategi berikut mungkin bisa membantu:
- Komunikasi Terbuka dengan Pasangan
Berbicara secara terbuka tentang ketakutan dan harapan dengan pasangan bisa membantu mengurangi kecemasan. Ini juga dapat memperkuat hubungan dan memastikan bahwa kedua pihak berada di halaman yang sama. - Memahami dan Menerima Ketidakpastian
Tidak ada pernikahan yang sempurna, dan itu normal. Menerima bahwa akan ada tantangan dan ketidakpastian dalam pernikahan dapat membantu mengurangi rasa takut. - Mempersiapkan Diri Secara Emosional dan Finansial
Ketakutan terhadap pernikahan sering kali berkaitan dengan ketidakpastian finansial dan emosional. Mempersiapkan diri dalam kedua aspek ini dapat memberikan rasa aman dan kepercayaan diri untuk menghadapi pernikahan. - Membicarakan dengan Profesional
Jika ketakutan akan pernikahan terasa terlalu besar, berbicara dengan seorang profesional seperti psikolog atau konselor pernikahan bisa sangat membantu. Mereka dapat memberikan perspektif baru dan alat untuk mengelola ketakutan tersebut.
Pernikahan itu menakutkan bagi banyak orang, dan itu adalah hal yang wajar. Dalam dunia yang terus berubah dan penuh dengan ketidakpastian, marriage is scary mungkin mencerminkan kecemasan yang lebih dalam tentang masa depan dan tanggung jawab.
Namun, penting untuk diingat bahwa ketakutan ini dapat dikelola dengan komunikasi, persiapan, dan pemahaman yang baik. Pada akhirnya, apakah menikah atau tidak adalah keputusan pribadi yang harus diambil berdasarkan pemikiran yang matang, bukan hanya ketakutan.
*Suka dengan artikel Acaranya ID? Ikuti kami di Google News! (klik bintangnya)